Silahkan Mencari!!!

Rabu, 09 Februari 2011

Wedding (Series 2005)



Details
Title: 웨딩 / We-ding
Genre: Drama, Romance, Comedy
Episodes: 18
Broadcast network: KBS2
Broadcast period: 2005-Aug-23 to 2005-Oct-25
Air time: Monday & Tuesday 21:55

Synopsis
Lee Se-na is the only daughter from a wealthy background. Because of her pampered upbringing, she believes that she can get anything she wants if she sets her heart to it. She meets Han Seung-Woo, a self-made diplomat, who is not-so-secretly in love with his childhood friend Yoon-su, currently in Japan with her fiance, Seung-Woo's colleague Jin-Hui. Se-na instantly falls in love with Seung-Woo, who asks her what she thinks the meaning of marriage is. In their subsequent marriage, their values are questioned as Se-na's complete trust in Seung-Woo shatters with the realization of Yoon-su's and Seung-Woo's relationship, and Seung-Woo's happiness in marriage shatters with Se-na's deepening mistrust and her own relationship with Jin-Hui.

Cast
Jang Na Ra as Lee Se Na
Ryu Shi Won as Han Seung Woo
Myung Se Bin as Shin Yoon Su
Lee Hyun Woo as Suh Jin Hui
Choi Woo Je as Jung Min
Tomo as Louie
Gong Hyun Joo as Oh Su Ji
Kim Min Joo as Cha Eun Hee
Kang Suk Woo as Lee Jung Il
Na Young Hee as Sung Hae Lim
Jung Young Sook as Jung Sook Hee
Lee Sae Min as Se-na's brother, studying abroad
Han Seung Joo as Seung Woo's brother
Song Chang Ui
Lee Young Ah
Kim Bo Ra

Production Credits
Director: Jung Hae Ryong
Writer: Oh Soo Yun
Music: Oh Suk Joon

Ep.1
Apakah yang Terpenting dalam Pernikahan ?

Disuatu restauran, untuk pertama kalinya, Han Seung Woo bertemu dengan Lee Se Na. Pertemuan mereka diatur oleh bibinya Seung Woo, sebagai bentuk perjodohan yang dalam tradisi Korea disebut 'seon'. Se Na, adalah anak perempuan dari seorang pengusaha kaya yang sangat dimanjakan. Bagi Se Na, menikah adalah mimpinya, sebagai bagian dari langkah-langkahnya untuk menentukan hidupnya sendiri. Meski manja, Se Na tak menolak pernikahan yang diatur oleh orang tuanya.

Sementara itu Seung Woo, adalah seorang pria sederhana yang sedang menata kariernya di suatu kantor pemerintahan. Meski sangat mencintai seorang gadis, teman masa kecilnya, namun Seung Woo tidak menolak perjodohannya dengan Se Na.

Saat kencan pertama itu, mereka tampak kaku dan salah tingkah. Mereka hanya membicarakan tentang pekerjaan dan keluarga. Bahkan Se Na, lebih banyak membicarakan tentang perhiasan, yang diketahuinya dari buku dan majalah. Diakhir kencan mereka, Seung Woo yang mengaku bahwa ini merupakan perjodohan pertamanya karena itu ia merasa tegang, sempat bertanya kepada Se Na apakah yang terpenting dalam pernikahan ? Pernahkan memikirkan hal itu ?

Seung Woo menceritakan perjodohan dan kencan pertamanya kepada teman-temannya. Salah seorang temannya, Jung Min menyarankan agar Seung Woo menelepon Se Na kembali. "Untuk apa telepon ? Bertemu lagi ?, tanya Seung Woo. "Bertemu kembali akan timbul perasaan. Ada perasaan berarti ada cinta. Jika ada cinta, menikahlah". Meski sudah didesak untuk menelepon kembali, namun Seung Woo tak melakukannya, karena ia telah membuang nomor telepon Se Na.

Pertanyaan Seung Woo itu ternyata membekas dalam pikiran Se Na dan ia pun berusaha mencari jawabannya, namun tak berhasil. Karena itulah dalam pertemuan kedua mereka, Se Na mempertanyakan kembali hal tersebut, namun menurut Seung Woo, ia hanya asal bertanya karena dulu ada yang bertanya tentang hal itu kepadanya.

Saat berjalan kaki menuju rumahnya, Se Na mengatakan bahwa Seung Woo mirip sekali dengan Ketua Kelasnya sewaktu di sekolah dasar. Suka puisi, tidak banyak bicara, polos, jujur dan suka membantu orang lain. "Kamu suka pria itu", tanya Seung Woo. "Tidak, aku tidak menyukainya. Aku juga sudah tidak ingat tampangnya. Orang seperti itu tak suka kepadaku", kata Se Na berkelit.

Ibu Seung Woo datang ke Seoul. Dari ibunyalah, Seung Woo tahu bahwa perjodohan yang diatur bibinya itu dimaksudkan untuk keluar dari kesulitan yang dialaminya. Karena usahanya tidak berjalan baik, sang bibi terlilit hutang dengan jaminan rumah keluarga Seung Woo. Jika perjodohan antara Seung Woo dan Se Na berjalan lancar kemudian menikah, maka rumah mereka bisa dipertahankan. Karena itulah, Ibu Seung Woo memintanya melupakan dan tidak menemui Se Na lagi, jika Seung Woo keberatan dengan perjodohan tersebut.

2 Cinta, Hal Terpenting dalam Pernikahan
Setelah mendengar penjelasan ibunya tentang perjodohan dirinya dengan Se Na, Seung Woo ingin mengakhiri hubungannya. Ia mengajak Se Na untuk bertemu kembali. Dalam pertemuan itu, Se Na mengeluarkan semua kemarahannya karena Seung Woo tidak memenuhi undangannya menghadiri konser. Seung Woo tidak mempedulikan perasaannya. Setidaknya ia menelepon, jika tidak bisa menepati janji. Seung Woo sempat merasa serba salah dan meminta maaf.

Seung Woo mengatakan alasan ia tidak menghadiri konser karena perjodohan mereka "telah diatur" dengan syarat. Rumah keluarga Seung Woo disita oleh Ayah Se Na. Jika hubungan mereka berjalan baik, keluarga Seung Woo tidak perlu melunasi hutang. Awalnya Seung Woo tak ingin membicarakan hal tersebut karena melukai harga dirinya. Ia ingin berpikir tak mau tahu dengan hal itu. Berpura-pura tak tahu lalu menikah.

Bagi Seung Woo yang terpenting dalam pernikahan itu adalah cinta. Karena ia tak mau menggunakan hutang sebagai alasan menikah. Ia pun memutuskan tidak ingin bertemu dengan Se Na lagi dan berharap Se Na bisa menemukan orang yang pantas dicintainya. Se Na yang terkejut dengan pernyataan Seung Woo, tak mampu berkata apa-apa.

Rupanya Se Na, gadis yang keras hati. Ditengah hujan deras ia menyatakan tidak peduli dengan semua itu. Ia menerima Seung Woo apa adanya. Mendengar perkataan Se Na, hati Seung Woo pun luluh dan mengatakan akan mempertimbangkan hubungan mereka.

3 Dua Orang yang Berbeda
Se Na marah kepada orang tuanya, karena mengatur perjodohan dengan syarat pembayaran hutang. Orang tuanya meminta maaf dan mengatakan bukan mereka yang mengajukan syarat tersebut. Mereka tidak mungkin tidak membantu, karena paman Seung Woo adalah kawan lama Ayah Sena.

Se Na adalah gadis yang keras hati. Ketika Seung Woo mengajaknya untuk bertemu kembali, ia mengatakan jika Seung Woo menolaknya, ia tak ingin bertemu. Dalam keadaan sakit flu, Se Na menemui Seung Woo, di toko buku. Seung Woo membelikan Se Na buku puisi, sementara Se Na membeli majalah mode luar negeri, agar Seung Woo bisa melihat perkembangan mode dunia.

Mereka juga berjalan-jalan ke wisata dunia air, dimana Seung Woo sempat bertanya kepada Se Na apakah ia pernah berpacaran. Se Na mengatakan meski pernah berpacaran tetapi tidak sungguh-sungguh karena belum menemukan pria yang cocok. Sebaliknya, Seung Woo tidak pernah berpacaran tetapi mencintai seorang wanita secara diam-diam.
Selama pertemuan tersebut, Se Na membiarkan supirnya menunggu sehingga membuat Seung Woo merasa tidak enak hati. Menurut Seung Woo, ia tidak biasa dilayani orang. Dikatakannya juga, banyak perbedaan diantara mereka yang membuat mereka tidak bisa bersatu. Selain itu, karena Se Na menyukai cerita-cerita yang sedih, menandakan ia bukan orang yang biasa disakiti. Bahkan, tak ada seorang pun yang berani menyakitinya.

Sehabis berjalan-jalan di wisata dunia air, Se Na yang menderita flu terjatuh. Seung Woo mengantarkannya pulang kerumah. Rupanya orang tua Se Na sedang pergi, sehingga Seung Woo mau tak mau menemani Se Na hingga tertidur dan mengurusnya penuh perhatian. Saat akan pulang, Seung Woo bertemu dengan orang tua Se Na. Berbeda dengan Ayah Se Na yang curiga dengan kehadiran Seung Woo dirumah mereka, Ibu Se Na sangat senang Seung Woo mengkhawatirkan anaknya. Menurut Ibu Se Na, seharusnya mereka tidak pulang agar Se Na dan Seung Woo bisa lebih dekat.

Dalam kebimbangan hatinya, Seung Woo teringat akan wanita yang dicintainya. Teman masa kecilnya Yun Si. Namun sayang wanita cantik itu lebih memilih pria lain dan pergi ke Jepang bersamanya. Meski demikian, Seung Woo mengatakan walau sudah terlambat menyatakan perasaannya, ia akan tetap menunggu Yun Si kembali ke Korea.

4 Berdua, Bahagia Selamanya
Menjelang hari pernikahan, Se Na dan Seung Woo semakin sering bertemu. Ketika sedang memesan baju pengantin, Se Na bertanya kemana mereka akan berbulan madu setelah upacara pernikahan nanti. Namun Seung Woo mengatakan kemungkinan mereka sementara waktu tidak akan berbulan madu, karena ia harus berangkat ke Jepang dalam rangka tugas kantor, selama beberapa hari.

Seung Woo menawarkan kepada Se Na, apakah ia ingin turut ke Jepang ? Se Na setuju. Menurutnya, setelah lelah mempersiapkan kebutuhan pernikahan, ia bisa beristirahat di Jepang, sementara Seung Woo bekerja.
Saat sedang di bar Jung-Min, teman-teman Se Na bertanya kepada Seung Woo apa alasannya menikahi Se Na. "Menikah dengan Se Na, segalanya akan lebih baik. Akan merasa bahagia. Menurutku yang terpenting dalam pernikahan adalah perasaan bahagia," jawab Seung Woo. Menurut teman-teman Se Na, Min-ju dan Eun Hee, Seung Woo bukan pria idaman Se Na.

Seung Woo merasa ada sesuatu yang disembunyikan Se Na, setelah Se Na memergokinya sedang berbincang-bincang akrab dengan Yoon-Su. Seung Woo menduga tingkah laku aneh Se Na karena telah mendengar perkataannya. Apalagi setelah kunjungan mereka berdua kerumah Ibu Seung Woo, Se Na tidak pernah lagi mengirimkannya sms.

Keluarga Se Na dan Ibu Seung Woo bertemu kembali. Dua keluarga yang berbeda latar belakang itu, merasakan kekakuan selama pertemuan. Kesalahpahaman terjadi saat menyangkut mas kawin. Keluarga Se Na yang berniat memberikan mas kawin, agar tidak menjadi beban Seung Woo, ditolak oleh Ibu Seung Woo, yang merasa tidak berhak menerima.

Seusai pertemuan, Se Na merasa serba salah terhadap kedua orang tuanya, karena sikap dari Ibu Seung Woo. Menurut orang tua Se Na, mereka sudah cukup berbaik hati menerima segala perbedaan. Dan seharusnya Ibu Seung Woo mengerti hal itu.
Menganggap Yoon-Su sudah seperti anak perempuannya sendiri, Ibu Seung Woo memberikan cincin pernikahannya kepada Yoon-Su, meski ia tahu Se Na pun menginginkan hal itu. "Kau sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Kau sudah ingin menikah, tapi aku tak punya apa-apa untuk berikan padamu, maka aku berikan cincin itu," ujar Ibu Seung Woo. Selain itu, karena Seung Woo sangat menyayangi Yoon-Su dan dimasa kecil, Seung Woo sering memakaikan cincin itu kejari Yoon-Su.

5 Saling Cinta dan Terus Terang
Se Na sangat panik ketika ibunya memberi kabar bahwa Seung Woo mengalami kecelakaan di kantornya. Ia merasa tidak bisa lagi bertemu dengan Seung Woo. Karena itu ia melupakan segala permasalahan antara mereka termasuk perasaan cinta Seung Woo kepada wanita lain dan perbedaan yang terdapat diantara mereka. Dirumah sakit, Se Na merasa lega melihat Seung Woo hanya mengalami luka ditangan. Tanpa sengaja ia menangis dan membuat Seung Woo merasa terharu.

Seung Woo mengatakan ia tidak akan membuat Se Na khawatir lagi. Ia pun memberikan cincin pernikahan ibunya untuk dikenakan Se Na. Menurut Seung Woo, ia tidak punya pengalaman dalam berpacaran karena itu ia tidak bermaksud membuat Se Na sedih. Ia meminta satu kesempatan lagi, untuk bisa menikah dengan Se Na. Mendengar hal itu Se Na menyatakan ia tak hanya sekedar ingin menikah dengan Seung Woo. Ia ingin bersama-sama selamanya. Dan jika sesuatu terjadi pada diri Seung Woo, entah itu baik atau buruk, Se Na ingin menjadi orang pertama yang tahu dan orang yang terdekat.

Yoon-Su yang diberitahu oleh Jin-Hui bahwa Seung Woo mengalami kecelakaan, langsung bergegas pergi ke rumah Seung Woo untuk mengantar obat, padahal ia sendiri sedang tidak enak badan. Sempat bersikeras tak ingin ditemani, Yoon-Su akhirnya pergi kerumah Seung Woo dengan diantar Jin-Hui. Namun ia urung menemui Seung Woo saat melihat Se Na bersama dengan teman masa kecilnya itu.

Jin-Hui bertanya kenapa Yoon-Su tidak menemui Seung Woo ? Menurut Yoon-Su, ia tidak ingin terjadi kesalahpahaman. Mengkhawatirkan Seung Woo adalah kebiasaannya sejak dulu, tetapi sekarang Seung Woo bukan bujangan lagi. Jin-Hui meminta agar rasa khawatir Yoon-Su diberikan padanya saja, karena bagi Jin-Hui disaat orang lain menganggapnya buruk, Yoon-Su adalah satu-satunya orang yang menaruh perhatian padanya.

Rasa khawatir ternyata juga terjadi pada Seung Woo, saat mengetahui Yoon-Su deman. Dengan tangan terbalut, ia mengantarkan obat deman kepada Juun Soo. Gadis itu sangat gembira mengetahui Seung Woo sudah rujuk dengan Se Na. Menurut Seung Woo, segala permasalahan antara mereka telah terselesaikan. Ia juga merasa terharu ketika Se Na menangis untuknya. Ketika seseorang menangis untuknya, perasaan nyaman melingkupinya. Tak ada yang lebih baik dan nyaman selain diperhatikan orang.

Itu berarti, ucap Yoon-Su, gadis itu sangat menyukai Seung Woo. Dan ia juga menyukai Se Na karena sangat baik dengannya. Sudah seharusnya, kata Seung Woo. Karena yang bersalah adalah dirinya, yang tidak terus terang kepada Se Na tentang perasaan cintanya kepada Yoon-Su.

Upacara pernikahan tiba. Yoon-Su yang menjadi pendekor bunga di acara pernikahan Seung Woo dan Se Na mengenalkan Jin-Hui kepada pasangan pengantin baru itu. Kekagetan terpancar dari wajah Jin-Hui dan Se Na, saat mereka berdua berkenalan. Namun mereka berusaha tampak normal. Yoon-Su sempat bertanya kepada Jin-Hui, kenapa ia tampak kaget saat bertemu Se Na, apakah mengkhawatirkan Seung Woo.

Di Jepang, Se Na merasa bahagia karena Seung Woo sangat memperhatikannya. Keceriaan Se Na tak berlangsung lama. Jin-Hui datang menemuinya. Rupanya mereka saling mengenal, saat berada di Inggris. Jin-Hui meminta kepada Se Na untuk bersikap seolah mereka tidak saling mengenal, karena ia tak ingin Yoon-Su berprasangka buruk kepadanya. Sementara itu, Seung Woo dan Yoon-Su yang menunggu pasangan mereka di hotel, kaget ketika Se Na pingsan.

6 Menumbuhkan Perasaan Cinta
Sepulang dari Jepang, Se Na dan Seung Woo bermaksud akan makan malam dirumah orang tuanya Se Na. Namun hanya Se Na yang datang, karena Seung Woo harus segera pulang kerumahnya di kampung, karena Ibunya tiba-tiba jatuh sakit. Meski sedikit kecewa, orang tua Se Na, yang sudah banyak menyiapkan makanan, dapat memaklumi keadaan itu dan berharap besannya dapat segera sembuh.

Sementara itu Yoon-Su yang mempunyai acara untuk bertemu dengan keluarga Jin Hui, saat ditelepon ditelepon Jin Hui sedang berada dirumah Seung Woo di kampung. Yoon-Su meminta maaf dia akan datang terlambat karena harus merawat gurunya yang sakit, sementara Seung Woo belum datang. Rupanya Jin Hui tidak dapat menerima alasan itu dan membatalkan acaranya. Tiba dirumah ibunya, Seung Woo sedikit kaget karena Yoon-Su sudah ada dirumahnya. Menurut Yoon-Su, ia dihubungi gurunya, yang sudah mengganggapnya anak sendiri, karena menduga Seung Woo masih berada di Jepang.

Karena tidak memiliki kunci rumah, Se Na nekat pergi kerumah Ibu Seung Woo di kampung. Ia sangat kaget ketika menemui Seung Woo dan Yoon-Su sedang mencuci pakaian sambil bersenda gurau. Se Na tak menyangka akan menemui Yoon-Su dirumah mertuanya. Melihat menantunya datang, Ibu Seung Woo meminta maaaf karena membuat Se Na khawatir dan repot. Apa lagi ia tidak mempersiapkan apa-apa.

Saat diajak jalan-jalan oleh Seung Woo, ketempat kesukaannya dan Yoon-Su semasa kecil, Se Na mengungkapkan kekecewaannya kenapa Yoon-Su ada dirumah mertuanya. Ia juga menjelaskan kekecewaan orang tuanya karena Seung Woo tidak datang dan menelepon mereka. Menurut Seung Woo, jika ia tahu Yoon-Su akan datang, ia tak akan mengijinkannya. Dan mengapa ia tak menelepon mertuanya dan Se Na, karena ia merasa bersalah.

Se Na juga mengatakan terkadang ia merasa bukan seperti orang yang paling dekat dengan Seung Woo. Dan itu dimaklumi suaminya. Dikatakan Seung Woo, hal itu terjadi karena mereka baru tiga bulan berkenalan dan langsung menikah. Belum saling memahami dan masih merasa asing satu sama lain. Seung Woo meminta agar perasaan saling dekat dan menyukai itu dibiarkan tumbuh secara alami dan pelan-pelan.

Mendengar perkataan Seung dan terpengaruh suasana yang syahdu, Se Na tiba-tiba mencium Seung Woo. Namun ketika Seung Woo membalas perlakuan mesra istrinya, Se Na tiba-tiba meminta maaf dan berkata bahwa perbuatan itu reflek dilakukannya. Ia menyatakan sebenarnya dirinya bukan perempuan "gampangan".

Sesampainya dirumah, Yoon-Su mendapati Ji n Hui sudah berada dirumahnya. Juun Soo meminta maaf karena acara perkenalan dengan keluarga Jin Hui, tidak dapat terlaksana. Saat mengajaknya berdansa, Jin Hui menyatakan mereka sebaiknya berpisah. Meski kaget, Yoon-Su menerima keputusan itu dan menyatakan ia sudah menduga akan tiba hari perpisahan mereka.

7 Ungkapkanlah Isi Hati
Yoon Su berusaha menutupi kesedihan hatinya akibat pemutusan sepihak dari Jin Hui, dengan mendatangi kafe milik Jung Min. Kepada Jung-Min dan Hyun-joo, Yoon Su mengungkapkan perasaan kesepiannya setelah Seung Woo menikah dengan Se Na. Dulu, jika merasa kesepian dan bosan, ia akan mencari Seung Woo, kini sudah tak mungkin karena khawatir Se Na akan cemburu. Yoon Su meminta teman-temannya untuk membantunya jika ada masalah. Disisi lain, Jin Hui juga merasakan kesedihan karena harus berpisah dengan Yoon Su.

Kepada Se Na, Seung Woo menyampaikan pesan yang diberikan ibunya, Sook-Hee. Jung Sook-Hee mengatakan sekarang ini Se Na adalah orang yang paling penting bagi Seung Woo. Tak peduli keadaan dan masalah apapun, mereka harus selalu bersama. Masalah apapun, jangan disimpan dalam hati, harus dibicarakan bersama.

Se Na bertanya kepada ibunya, Sung Hae-Lim, apakah dulu sebelum menikah dengan ayahnya pernah menemui pria lain ? Meski mengatakan pernah dan tidak pernah memberitahu suaminya, Ibu Se Na tetap kaget ketika Se Na mengatakan sebelum menikah ia pernah dekat dengan seorang pria. Sementara itu, Ayah Se Na, Lee Jung-Il, kepada menantunya mengatakan bahwa Se Na belum pernah "dekat" dengan pria lain. Anaknya sangat polos dan ketika akan mengatakan hal-hal baik lainnya dari Se Na, perkataannya dipotong sang Ibu yang mengatakan hal itu bukan sesuatu yang penting dibicarakan.

Saat mengungkapkan kekhawatirannya, kalau suatu saat hubungannya dengan Jin Hui yang telah berlalu, terungkap dan Seung Woo akan marah, Se Na malah diingatkan teman-temannya bahwa sebelum menikah pun, Seung Woo pernah berhubungan dengan wanita lain. Seung Woo bahkah belum pernah mengatakan siapa perempuan yang dicintainya, jadi untuk apa Se Na berterus terang ?

Demi membahagiakan suaminya, Se Na meminta Yoon Su untuk mengajarinya membuat sup ciang. Meski kaget dengan permintaan Se Na, Yoon Su mau juga mengajari Se Na. Ketika melihat tangan Yoon Su tak mengenakan cincin (pemberian Jin Hui) yang pernah dikaguminya, Se Na bertanya kenapa, jika cincin itu miliknya akan dikenakannya setiap hari. Mendengar hal itu, Yoon Su tersenyum sambil memandang cincin pemberian ibu mertua Se Na. Menurut Yoon Su, sebenarnya ia sangat menyukai cincin itu dan karena telah diberikan kepada Se Na, ia tidak berhak untuk mencobanya sekalipun.

Se Na bertanya perempuan seperti apa yang disukai Seung Woo. Karena demi orang itu, Seung Woo belum bisa menyukai dirinya. Dan sejak pulang dari Jepang, belum sekalipun Seung Woo makan malam dengan dan selalu pulang larut malam. Tetapi tak apa, karena bisa menikah dengan Seung Woo sungguh merupakan kebahagiaannya. Meski kaget dengan pertanyaan Se Na, Yoon Su mengatakan Seung Woo adalah orang baik dan tak akan membuat Se Na menderita. Yoon Su juga kagum dengan keberanian Se Na mengeluarkan isi hatinya. Tidak seperti dirinya yang selalu memendam semua dalam hati.

Bermaksud mengembalikan barang-barang pemberian Jin Hui, Yoon Su mendatangi apartemen mantan kekasihnya itu. Ia kaget ketika melihat Jin Hui tengah menggandeng seorang wanita. Kepada Jin Hui, ia mengatakan tak pantas menyimpan barang-barang pemberiannya pria itu sehingga harus dikembalikan. Ia juga mengucapkan terima kasih karena Jin Hui telah memberinya banyak kebahagiaan. Jin Hui pun mengucapkan hal yang sama dan berharap Yoon Su baik-baik saja.

Kecewa karena Seung Woo kembali lembur dikantornya, sementara ia sudah memasak sup ciang, Se Na pergi ke kafe Chen Ming dan minum-minum hingga mabuk. Ia bahkan tak peduli ketika Seung Woo mengajaknya pulang. Dalam perjalanan pulang, sambil menangis Se Na mengungkapkan kekecewaannya. Ia merasa terlalu menyiksa diri, sering sakit hati dan merasa bersalah, namun Seung Woo tidak mengerti dirinya. Meski ia tahu Seung Woo menyukai wanita lain, namun yang paling ditakutinya adalah jika suaminya tak menyukai dirinya. Namun hal itu dibantah Seung Woo. Ia bertanya kepada Se Na, siapa yang mengatakan ia tak menyukai istrinya ?

Sementara itu, Yoon Su yang tiba-tiba mempunyai keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya, kembali mendatangi apartamen Jin Hui. Meski tak mampu menahan tangis, Yoon Su mengatakan Jin Hui sebagai pria yang jahat. Ia mengakui memang menyukai Seung Woo dari dulu, namun karena bertemu dengan Jin Hui, ia merasa telah mendapatkan orang yang dicintainya. Meski selamanya Seung Woo orang yang penting baginya, namun hanya Jin Huilah pria yang sangat disukai dan dicintainya.

Terpana mendengar pengakuan Yoon Su, Jin Hui pun mengungkapkan perasaan hatinya. Ia berterus terang bahwa keputusannya untuk berpisah karena ia merasa cemburu dan marah. Saat ia mengatakan hal itu dan Yoon Su tak menolak keputusan itu, hatinya terasa sakit. Saat ini, ia tak peduli apakah Yoon Su mengkhawatirkan atau menyukai Seung Woo, yang penting ia mengetahuinya. Jin Hui mengatakan bahwa ia cinta kepada Yoon Su.

7b
Melihat Seung-woo muncul dengan tangan dibalut, Se-na tidak mampu menahan tangis dan sadar kalau dirinya tidak bisa hidup tanpa pria itu. Tetap dengan perawakan tenang, Seung-woo menyerahkan cincin milik sang ibu dan mengenakannya di jari manis Se-na sambil meminta kesempatan lagi.

Yoon-su yang mengalami demam mendengar berita tentang kecelakaan yang dialami Seung-woo dan karena tahu betul tabiat sang sahabat dekat, langsung menuju ke apartemen Seung-woo sambil membawa kotak P3K. Namun ia langsung menyelinap ke balik semak-semak saat melihat pria itu bersama Se-na, dan tahu diri kalau Seung-woo sudah dirawat dengan baik.

Ketika sampai di rumah, batuk Yoon-su makin parah dan saat berusaha menghubungi Jin-kui, telepon pria itu tidak diangkat. Sempat ragu-ragu, ia memutuskan untuk menelepon Seung-woo, yang langsung melesat ke rumah gadis itu untuk membawakan obat.

Memulai hari-hari penuh kegembiraan, Se-na mengatakan tidak keberatan mengundang wanita yang disebut merupakan cinta pertama Seung-woo ke pesta pada Yoon-su, yang langsung membuat wajah wanita itu berubah. Di tempat lain, Seung-woo menjemput sang ibu di stasiun kereta.

Tidak bertemu selama seminggu demi persiapan pernikahan, keduanya saling tersenyum saat bertukar pesan singkat lewat ponsel masing-masing. Dan tanpa terasa, momen pernikahan yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga.

Maju ke depan altar terlebih dahulu, Seung-woo tersenyum tipis saat Se-na muncul dengan pakaian pengantin yang sangat indah dan langsung menggenggam tangan gadis itu dengan lembut. Dari bangku penonton, orang tua masing-masing mempelai menunjukkan reaksi beragam.

Menjelang usainya pesta, Jin-kui baru muncul dan langsung mengajak Yoon-su pergi dengan terburu-buru. Keruan saja, gadis itu menolak dan meminta sang tunangan berkenalan lebih dulu dengan Se-na. Begitu keduanya saling bertemu, baik wajah Se-na maupun Jin-kui langsung berubah.

Gara-gara pertemuan itu, Se-na jadi salah-tingkah sepanjang perjalanan dan saat tiba di tempat bulan madunya bersama Seung-woo di Jepang. Dengan hati-hati, ia menanyakan apakah Jin-kui adalah tunangan Yoon-su, yang langsung diiyakan.

Suasana hati Se-na makin tidak keruan saat tahu Jin-kui ternyata juga ada di Jepang untuk urusan yang sama dengan Seung-woo : pekerjaan. Rupanya lewat pembicaraan dengan sang sahabat, baru ketahuan bahwa di masa lalu Se-na dan Jin-kui ternyata sempat menjalani hubungan asmara yang sangat singkat.

Di tengah kegalauan hatinya, Se-na sendiri sempat berpikir untuk menceritakan semuanya pada Seung-woo (yang mengira Se-na sebagai gadis polos) namun langsung dicegah oleh sang sahabat. Sementara itu, di Jepang Seung-woo sibuk dengan pekerjaannya sebagai diplomat.

8
Yoon Su mengakui memang menyukai Seung Woo, namun ia lebih mencintai Jin Hui, ia merasa telah mendapatkan orang yang dicintainya. Meski selamanya Seung Woo orang yang penting baginya, namun hanya Jin Huilah, pria yang sangat dicintainya.

Jin Hui pun mengatakan bahwa keputusannya untuk berpisah karena ia merasa cemburu dan marah. Saat ia mengatakan hal itu dan Yoon Su tak menolak keputusan itu, hatinya terasa sakit. Saat ini, ia tak peduli apakah Yoon Su mengkhawatirkan atau menyukai Seung Woo, yang penting ia telah mengetahui Yoon Su mencintainya.

Seung Woo dan Jin Hui, yang kebetulan bekerja ditempat yang sama, Departemen Luar negeri, hampir saja melupakan agenda pertemuan pimpinan mereka dengan tamu dari Cina. Jin Hui bertanya apakah Seung Woo punya masalah hingga lupa dengan agenda pemimpin mereka.

Ia menyarankan Seung Woo untuk berjalan-jalan bersama Se Na agar rileks. Karena, jika sudah tua tidak bisa bersenang-senang, hanya pada saat berpacaran saja. Seung Woo tersentak mendengar ucapan Jin Hui. Dikatakannya, hal tersebut pernah dinyatakan Se Na. Menurutnya, Jin Hui dan Se Na, agak mirip. Untuk menepis rasa curiga, Jin Hui mengatakan ia salah bicara.
Yoon Su dan Jin Hui berjalan-jalan ke kebun binatang. Saat itu, Jin Hui berterus terang kepada Yoon Su, saat ia masih kecil jarang melihat ibunya tertawa. Mungkin karena ia nakal. Karena itu, ia berjanji akan selalu membuat Yoon Su bahagia dan tertawa. Menanggapi pernyataan Jin Hui, Yoon Su mengatakan ia tak akan melepaskan Jin Hui, karena ia sangat menyukainya.

Ketika berbelanja di pasar, Yoon Su tak sengaja bertemu dengan Seung Woo. Yoon Su menegur pria itu kenapa belakangan ini jarang menelepon ibunya, yang sudah pasti rindu padanya. Menurut Seung Woo, sejak pulang dari Jepang, ia sangat sibuk. Lagipula ia tak perlu khawatir, karena yakin Yoon Su sudah menelepon ibunya. Apalagi Yoon Su sangat memperhatikan ibunya, yang juga telah menganggap Yoon Su sebagai anak.

Meski menerima alasan Seung Woo, Yoon Su tetap mengingatkan Seung Woo untuk menelepon ibunya, apalagi sekarang ini kesehatan beliau sedang menurun dan tidak ada yang menjaganya. Saat mereka berfoto dengan kamera handphone masing-masing, Yoon Su menawarkan rencana agar mereka berempat (Yoon Su, Jin Hui, Seung Woo dan Se Na) pergi rekreasi bersama, untuk saling mendekatkan diri. Seung Woo setuju dengan rencana itu.

8b
Gelisah sepanjang hari, kegugupan Se-na makin menjadi saat Seung-woo pulang dari pekerjaannya. Gadis itu sempat mempertimbangkan untuk menceritakan semua kepada sang suami, namun ragu-ragu saat mengingat pembicaraan dengan salah satu sahabatnya.

Mengira sang istri gugup karena itu malam pertama mereka, Seung-woo tersenyum tipis dan mengganti pakaiannya dengan piyama yang warnanya senada dengan yang dipakai Se-na. Setelah mendengar permainan piano, kedua pasangan muda itu kembali bercengkrama.

Kepada Se-na, Seung-woo mengucapkan tiga permintaan yang salah satunya adalah harapan pria itu terhadap pernikahan mereka, yang dibalas ucapan yang sama oleh Se-na. Semakin panik mendekati saat-saat bersama, Se-na berpura-pura tidur. Seung-woo yang tidak ingin mengganggu sang istri yang dikiranya terlelap akhirnya memilih untuk tidur di sofa.

Ketika terbangun keesokan paginya, Se-na keheranan melihat Seung-woo telah tidak ada di kamar. Langsung melangkahkan kaki ke ruang tamu, ia mendapati sang suami telah menyiapkan sarapan. Keruan saja, rasa bersalahnya makin menjadi-jadi dan ingin segera menuturkan apa yang telah rapat-rapat disimpannya saat ini.

Mendengar suara derap kaki di luar, Se-na dengan gembira langsung menebak kalau orang itu adalah Seung-woo. Siapa sangka, yang muncul didepan pintu justru adalah Jin-hee. Pada saat yang bersamaan, Seung-woo yang pulang lebih cepat tersenyum sambil menekan lantai dimana kamarnya dan Se-na berada.

Rupanya, Jin-hee sengaja datang karena tahu Seung-woo tidak ada di tempat. Keruan saja Se-na langsung serba salah menghadapi pria itu, namun ia tidak bisa menolak saat diajak keluar untuk bermain golf. Ketika tiba, Seung-woo mendapati kamar telah kosong.

Dari pembicaraan keduanya saat bermain golf yang dilanjutkan dengan jalan-jalan, akhirnya terungkap kalau Jin-hee dan Se-na pernah menjalin cinta kilat saat sama-sama berada di luar negeri. Namun saat kembali ke Korea, Se-na rupanya sadar bahwa hal itu hanya sementara dan menolak untuk bertemu pria itu lagi.

Jin-hee sendiri rupanya sengaja menghindari Se-na setelah melihat gadis itu ternyata adalah mempelai Seung-woo. Sama-sama mencintai pasangan mereka saat ini, keduanya berjanji untuk menghilangkan atmosfer canggung saat kembali bertemu bersama Seung-woo dan Yoon-su.

Ketika kembali, Se-na panik saat dirinya tertangkap basah oleh Seung-woo dan Yoon-su sehingga mengambil keputusan nekat : pura-pura pingsan. Melihat Seung-woo begitu telaten merawatnya, gadis itu langsung memeluk sang suami dan berjanji akan membahagiakannya. Melupakan kepura-puraannya, Se-na mengajak Seung-woo berkeliling demi mengukir kenangan indah bersama.

9
Kepada Se-na, Seung-woo berjanji bakal membahagiakannya dan meminta supaya sang istri tidak lagi menangis dihadapannya karena senyum dan keceriaan adalah dua hal yang paling pas untuk wanita itu. Sambil tersipu-sipu, Se-na ternyata juga meminta hal yang sama terhadap Seung-woo.

Keakraban keduanya berlanjut di kamar hotel, dengan malu-malu Seung-woo menuntun Se-na berdansa. Di tempat lain, Jin-hee yang memendam perasaan bersalah merasa kalau dirinya bakal kehilangan Yoon-su dan meminta supaya gadis itu mengurangi frekuensi pertemuannya dengan Seung-woo.

Kejadian lucu akhirnya terjadi ketika Seung-woo dan Se-na hendak menempuh malam pertama mereka. Sama-sama gugup dengan alasan berbeda, Se-na secara refleks mendorong tubuh Seung-woo saat sang suami hendak menciumnya. Bisa ditebak, momen yang seharusnya dijalani dengan indah tersebut langsung berantakan.

Sepanjang perjalanan pulang, Se-na terus-terusan salah tingkah terutama bila Seung-woo tidak sengaja menyentuhnya. Begitu tiba di bandara, keduanya langsung 'diculik' oleh sahabat masing-masing untuk diinterogasi soal malam pertama. Berbeda dengan Seung-woo yang tenang, Se-na tampil lebih ekspresif menjelaskan ketakutannya.

Bisa dibayangkan, bagaimana jadinya setelah Se-na resmi pindah ke apartemen Seung-woo. Masih diliputi oleh perasaan bersalah karena berbohong tentang masa lalunya, wanita itu kebingungan bagaimana bakal menempuh hidup bersama. Paginya, kebersamaan Seung-woo dan Se-na terhenti oleh bunyi telepon.

Rupanya yang menelepon adalah Yoon-su, yang mengabarkan kalau ibu Seung-woo jatuh sakit. Keruan saja, pria itu langsung berlari secepat kilat kembali ke rumah sang ibu. Bagi Yoon-su kehadirannya disana ternyata menjadi masalah : Jin-hee yang berencana mengajak wanita itu kepada orang tuanya kecewa karena merasa dinomorduakan.

Terdampar di rumah orang tuanya, Se-na terus menunggu telepon dari Seung-woo namun sia-sia. Apalagi saat hendak kembali ke apartemen, ia baru sadar kalau Seung-woo belum pernah memberinya kunci. Akhirnya, wanita itu memutuskan untuk menyusul ke desa sambil membawa sejumlah makanan dan obat untuk sang ibu mertua.

Sayang meski terus berusaha dihubungi, namun Seung-woo tidak mengangkat ponselnya. Begitu tiba, Se-na cuma bisa cemberut melihat sang suami (yang sedang mencuci pakaian dengan cara diinjak) terlihat begitu dekat dengan Yoon-su.

Demi meredam kemarahan sang istri, setelah Yoon-su pulang Seung-woo mengajak Se-na ke puncak sebuah bukit dimana keduanya bisa melihat bintang-bintang di langit. Bisa ditebak, Se-na langsung kembali ceria meski sempat sedikit tersentak saat diberitahu tempat tersebut direkomendasikan Yoon-su.

Ditambah ucapan Seung-woo yang begitu lembut, Se-na akhirnya tidak tahan lagi. Setelah mencium Seung-woo, ia berniat membeberkan kalau alasan dibalik sejumlah penolakannya adalah karena merasa bersalah terhadap sang suami. Di tempat lain, Yoon-su yang baru saja kembali mendapat 'kejutan' dari Jin-hee.

10
Dengan suara terbata-bata, Se-na akhirnya mengaku kalau Seung-woo bukanlah pria pertama yang mengisi hatinya, yang keruan saja membuat pria itu tertegun. Pada saat yang sama, Jin-hee juga memberi kejutan pada Yoon-su yaitu mengakhiri hubungan asmara mereka yang telah terjalin lama.

Meski berusaha terbuka sepenuhnya, pengakuan Se-na tak urung membuat Seung-woo sedikit terpukul, ditambah lagi ucapan sang ibu yang memberi nasehat berharga bagi pemuda itu tentang bagaimana menjaga pernikahan supaya langgeng. Seung-woo sendiri sempat berniat untuk menelepon Yoon-su untuk menceritakan semuanya, namun mengurungkan niatnya setelah mengingat janji yang telah diucapkan.

Tanpa tahu apa yang terjadi pada Yoon-su, Seung-woo akhirnya memutuskan kembali ke kamar tepat pada saat Se-na sedang diam-diam menelepon sahabatnya. Meski mengaku sudah tidak memikirkan pengakuan sang istri, bahasa tubuh Seung-woo tidak bisa berbohong dan membuat Se-na semakin serba salah.

Sedih karena pengakuannya ternyata malah jadi bumerang, wajah Se-na terlihat murung ketika berada di rumah orang tuanya namun tidak disadari ibunya yang sibuk mencocokkan pakaian dalam yang hendak diberikan pada sang putri. Ucapan Se-na tentang pria lain keruan saja membuat sang ibu, namun obrolan mereka terputus oleh kemunculan sang ayah.

Rencana Seung-woo dan Se-na untuk membangun keluarga yang harmonis semakin terancam karena sikap keduanya yang merasa serba salah, dan dengan wajah sedih Se-na akhirnya menyebut akan lebih baik bila keduanya tidur di ranjang yang terpisah. Sempat terlihat ragu-ragu, Seung-woo akhirnya mengiyakan.

Walaupun tahu jalan yang dilalui bakal sulit, Se-na tetap berusaha menjadi istri yang baik. Selain sibuk bekerja, ia juga rela berlari pulang demi mempersiapkan makan malam bagi sang suami. Sayang meski telah lama ditunggu, Seung-woo yang sibuk rapat ternyata tidak pulang-pulang.

Saat hendak kembali ke rumah, Seung-woo secara tidak sengaja melihat mobil yang dikendarai Jin-hee bersama seorang wanita melintas. Sadar ada sesuatu yang tidak beres, ia menyempatkan diri mampir ke toko Yoon-su dan mengajak wanita itu untuk menikmati mie bersama.

Ucapan Seung-woo yang bernada menjurus keruan saja membuat Yoon-su kaget, namun ia tetap berusaha tenang seolah tidak terjadi apa-apa antara dirinya dengan Jin-hee. Ketika sampai dirumah, Seung-woo menatap dengan penuh arti saat Se-na tertidur di sofa dan tanpa banyak bicara, langsung membopong gadis itu ke kamar mereka.

Paginya saat bangun, hati Se-na begitu gembira saat tahu Seung-woo membawakan bunga untuknya namun berubah cemberut saat tahu bunga tersebut berasal dari Yoon-su. Ditambah lagi, sang suami ternyata berencana pergi ke Busan dalam rangka pekerjaan. Meski hatinya sedih, Se-na mengantar kepergian Seung-woo dan menyebut bakal menunggu pria itu pulang.

11
Demi membuat Seung-woo, yang bakal pulang, senang, Se-na nekat mempersiapkan masakan kesukaan sang suami tapi ada satu masalah : ia tidak tahu cara membuatnya. Dengan wajah ceria, ia mendatangi tempat Yoon-su dan minta diajarkan.

Dari acara memasak, hubungan keduanya semakin akrab. Dari penuturan jujur Se-na, Yoon-su akhirnya tahu kalau ada sedikit masalah dalam rumah tangga wanita itu namun ia mampu membesarkan hati istri sahabat baiknya tersebut. Namun, Yoon-su sempat gelagapan saat ditanya cincin tunangannya dengan Jin-hee yang sudah tidak dipakai lagi.

Namun untuk kesekian kalinya, Se-na kembali dibuat kecewa ketika Seung-woo menelepon dan menyebut dirinya sibuk sehingga kemungkinan besar bakal pulang terlambat. Dengan marah ia menutup telepon, sehingga Seung-woo yang kuatir langsung bergegas pulang.

Begitu sampai dirumah, Seung-woo mendapati rumah berada dalam keadaan kosong dan sup yang dibuat Se-na sudah dibuang. Berkat telepon dari sahabatnya, pria itu akhirnya mendapati istrinya sedang mabuk-mabukan. Dengan tegas, Seung-woo menarik tangan Se-na keluar dan setelah bertengkar, ia mencium sang istri yang hanya bisa terbengong-bengong.

Di tempat lain, Yoon-su yang mendapati Jin-hee bersama wanita lain akhirnya tidak bisa menahan kemarahannya. Ia langsung kembali ke apartemen pria itu, menamparnya, dan memberi pengakuan kalau selama ini dirinya mencintai Seung-woo. Siapa sangka, Jin-hee yang sudah lama tahu akan hal itu malah meminta supaya keduanya berbaikan.

Langsung sadar setelah dicium Seung-woo, Se-na mendadak muntah-muntah akibat terlalu banyak minum. Dengan penuh kesabaran, Seung-woo membopongnya pulang, menggantikan baju sang istri, dan membawanya ke tempat tidur. Paginya saat terbangun, Se-na terkejut mendapati sang suami tidur disebelahnya.

Dibuatkan sarapan oleh Seung-woo, Se-na hanya bisa terdiam ketika diingatkan oleh suaminya untuk tidak bertindak kekanak-kanakan lagi atau mabuk. Berseri-seri mendapati dirinya masih diperhatikan, Se-na meminta supaya Seung-woo bisa kembali ke sosoknya yang semula : pria dengan kata-kata halus.

Belajar dari kegagalan sebelumnya, Yoon-su memutuskan untuk tidak lagi memendam perasaannya terhadap orang lain khususnya pada Jin-hee, yang juga mulai berubah dan menunjukkan sisinya yang lain. Kepada sang kekasih saat berada di kebun binatang, Yoon-su menyebut tidak akan melepaskan cinta Jin-hee.

12
Hidup Se-na terasa lebih ceria setelah berbaikan dengan Seung-woo, dengan gaya yang kocak ia terus berada di sisi sang suami saat Seung-woo bekerja hingga larut malam. Setelah semua selesai, keduanya bersiap untuk tidur, dan Se-na menuturkan keinginannya membangun keluarga harmonis bersama pria itu.

Namun ketika diajak bermesraan, kembali Se-na menolak dan sempat terguling dari ranjang. Ketika ditanya soal alasan penolakannya, wanita itu tidak mau sang suami mengetahui dirinya masih merasa bersalah dan menyebut hal itu disebabkan karena ia masih mengira Seung-woo memikirkan wanita cinta pertamanya.

Ketika bertemu para sahabatnya, sempat muncul dugaan kalau wanita itu adalah Yoon-su namun kecurigaan itu ditepis Se-na. Saat malam tiba, wanita itu kaget melihat hujan turun dan teringat akan ucapan Seung-woo. Dengan membawa payung, ia langsung menyongsong sang suami yang baru turun dari bis. Bisa ditebak, Seung-woo cuma bisa tersenyum geli melihat kejenakaan Se-na.

Meski percaya pada Seung-woo, diam-diam Se-na yang masih penasaran terus berusaha mencari siapa wanita yang pernah mengisi hati sang suami namun yang didapatinya adalah sejumlah foto dimana Yoon-su ada didalamnya. Kebetulan, rasa kesepian gadis itu sedikit terhibur ketika kedua orang tuanya berkunjung.

Dasar apes, pada saat yang nyaris bersamaan ibu Seung-woo muncul bersama Yoon-su. Keruan saja Se-na merasa serba salah apalagi ia terlanjur berjanji untuk mengajak Seung-woo makan bersama kedua orang tuanya, ia bahkan sempat meminta sang suami untuk lebih memprioritaskan ibunya dibanding hadir di acara makan siang.

Sudah tentu hal itu tidak dituruti Seung-woo, yang belakangan menegur Se-na karena bersikap tidak sopan didepan kedua orang tuanya. Padahal, wanita itu hanya bermaksud untuk jadi menantu yang baik. Dengan mata berkaca-kaca, Se-na menyaksikan betapa akrabnya Seung-woo, sang ibu dan Yoon-su saat bertemu dan merasa sedikit terpinggirkan.

Keruan saja, kekecewaan Se-na kembali memuncak dan akhirnya semua ditumpahkan pada Seung-woo dalam perjalanan pulang, ia merasa secara tidak langsung dibanding-bandingkan dengan Yoon-su. Bahkan, sang suami tidak mencegah saat ia menyebut hendak berjalan-jalan lebih dulu untuk menenangkan pikiran.

Se-na tidak tahu kalau belakangan Seung-woo berubah pikiran dan menyusulnya, namun wanita itu sudah menghilang. Terus menunggu hingga larut malam, pria itu terkejut saat Se-na tiba-tiba masuk ke kamar dan memeluknya sambil menyatakan betapa ia mencintai Seung-woo.

13
Bangun dengan perasaan tersipu-sipu, hati Se-na makin tersentuh saat Seung-woo muncul dihadapannya dengan seikat bunga berwarna kesukaannya. Tanpa terasa air matanya menitik, apalagi belakangan sang suami mengucapkan terima kasih karena telah memberi kebahagiaan.

Mengantarkan Seung-woo bekerja bahkan memeluknya didepan umum, hati Se-na diam-diam merasa hancur meski ucapan sang suami telah menentramkannya. Hal itu tidak lain karena sejumlah hal yang ditemukan di kamar pria itu, salah satunya foto Seung-woo bersama Yoon-su yang dibagian belakangnya terdapat puisi kesukaan Seung-woo.

Di tempat lain, hubungan Jin-hee dan Yoon-su semakinj membaik, gadis itu mulai tahu ada sejumlah hal yang ternyata tidak disukai sang kekasih yang sempat memintanya untuk berhenti bekerja. Ketika diberitahu akan rencana tamasya berempat bersama Seung-woo dan Se-na, wajah Jin-hee sempat berubah.

Begitu sampai di rumah sepulang kerja, Seung-woo langsung disambut oleh senyum dan pelukan hangat Se-na. Sang istri bahkan terus menungguinya bekerja sambil membaca buku hingga tertidur, namun Se-na langsung terbangun saat diberitahu tentang rencana tamasya bersama Jin-hee dan Yoon-su.

Sebelum tamasya, Yoon-su berencana untuk menemui Se-na dan berbelanja di pasar swalayan namun semua itu berubah akibat kemunculan tiba-tiba ibu Jin-hee. Bisa dibayangkan bagaimana paniknya Se-na saat tahu kalau yang muncul menemaninya adalah Jin-hee, yang sebelumnya diminta Yoon-su untuk menggantikan posisinya.

Sambil merengut, Se-na berusaha menyibukkan diri saat berbelanja. Wajahnya sempat cerah saat keduanya menjemput Seung-woo, namun berubah lagi ketika melihat disamping pria itu ada Yoon-su. Apalagi posisi duduk mereka di mobil Jin-hee terasa janggal, Se-na berada di depan bersama Jin-hee sementara Seung-woo dibelakang dengan Yoon-su.

Suasana mulai terasa memanas lewat ucapan Se-na yang jelas-jelas cemburu, Seung-woo yang sadar akan hal itu langsung meminta Jin-hee menghentikan mobil supaya mereka bisa bertukar posisi. Bisa ditebak, Se-na langsung tersenyum senang.

Sayang, keakraban tersebut mulai terganggu ketika kesehatan Yoon-su sedikit terganggu. Perhatian Seung-woo dianggap Se-na berlebihan, apalagi wanita itu sempat mencuri dengar pembicaraan keduanya tentang masa lalu. Mau tidak mau, Se-na menemani Jin-hee memancing di danau.

14
Ketika sedang bercanda, kedekatan Se-na dan Jin-hee terlihat oleh Seung-woo (dan membuat Se-na salah tingkah). Untunglah saat keempatnya makan bersama, suasana akrab dan penuh canda kembali terjalin.

Suasana mulai berubah ketika Se-na mengungkit sejumlah hal mulai dari puisi hingga pertanyaan 'apa yang paling penting dari pernikahan?' Belakangan, wanita itu tidak bisa menahan air matanya saat melihat kedekatan Seung-woo dan Yoon-su meski telah dinasehati Jin-hee supaya menganggap hubungan itu seperti kakak-adik.

Ketika sedang mengobrol berdua, Se-na mengungkapkan kekuatirannya kalau wanita yang dicintai Seung-woo selama ini adalah Yoon-su. Bila itu benar, maka ia merasa tidak akan pernah menang dan meraih kebahagiaan bersama sang suami.

Se-na yang tidak dapat menahan diri lagi menangis di pelukan Jin-hee, tepat pada saat Seung-woo muncul bersama Yoon-su. Seung-woo memutuskan untuk tetap tinggal menghibur sang istri sementara Jin-hee dan Yoon-su akhirnya pulang. Di perjalanan, Yoon-su menceritakan pertemuannya dengan ibu Jin-hee, yang memintanya untuk meninggalkan pria itu.

Demi menghibur sang istri, Seung-woo menuruti permintaan Se-na untuk mengucapkan puisi yang merupakan favorit mereka berdua. Namun, puisi tersebut membuat Se-na lagi-lagi tidak dapat menahan air matanya dan belakangan menyebut sulit mempercayai ucapan Seung-woo.

Keruan saja, Seung-woo kebingungan mendengarnya apalagi Se-na langsung memotong pembicaraan dengan masuk ke dalam kamar. Di tempat lain, Jin-hee melamar Yoon-su dan meski sempat ragu, gadis itu akhirnya menerima.

Suasana canggung kembali terjadi saat Se-na mendapati Seung-woo keluar dari toko Yoon-su sambil menggenggam tangan sang rival. Apalagi, kebetulan keduanya mengenai pakaian yang sama. Bisa dibayangkan, bagaimana perasaan Se-na meski sebenarnya Seung-woo tidak bermaksud macam-macam.

Rupanya, hal itu diawali oleh berita soal kunjungan ibu Jin-hee sehingga Seung-woo kuatir Yoon-su bakal disakiti. Saat makan malam obrolan ke arah sana kembali diungkit, dan membuat Se-na semakin merasa terpinggirkan.

15
Melihat Se-na sedih, Seung-woo berniat untuk membeberkan masa lalunya kepada sang istri namun dicegah. Setelah menyebut kalau dirinya masih tetap bertekad memenangkan hati Seung-woo, wanita itu meminta sang suami untuk memeluknya erat-erat.

Namun, kegelisahan yang dirasakan Se-na belum juga hilang. Keesokan harinya, ia mendatangi toko Yoon-su dan menanyakan bagaimana reaksi gadis itu kalau ternyata Seung-woo menyukainya. Sempat terkejut, untungnya Yoon-su mampu memberikan jawaban yang sedikit menentramkan hati Se-na.

Berusaha untuk menyenangkan istri yang begitu setia terhadapnya, Seung-woo akhirnya menerima tawaran ayah Se-na untuk tinggal di rumah baru. Tidak cuma itu, ia juga menyambut kehadiran Se-na (yang langsung gelagapan) saat turun dengan barang belanjaan. Sayang, lagi-lagi terjadi kesalahpahaman.

Telah menyiapkan pakaian tidur yang berbeda, Se-na langsung tertunduk saat secara tidak sengaja mendengar Seung-woo berbicara di telepon dengan Yoon-su. Padahal, pemuda itu berniat mengucapkan terima kasih karena ucapan Yoon-su telah membuka pikirannya terhadap kebaikan orang lain.

Hari kepindahan akhirnya tiba, diam-diam Se-na merasa sedih saat apartemen dimana cintanya terhadap Seung-woo dimulai (berikut sejumlah kenangan bersama sang suami) mulai dikosongkan. Se-na sempat berniat meninggalkan sejumlah barang pemberian Yoon-su, namun niat tersebut akhirnya diurungkan.

Di tempat yang baru, Seung-woo dan Se-na menjamu sahabat-sahabatnya yang datang untuk merayakan kepindahan. Sempat gelagapan saat disindir kalau Yoon-su tidak diberitahu, hati Se-na berbunga-bunga saat Seung-woo menariknya ke tempat sepi...........dan memberi ciuman hangat.

Berniat untuk memberi kejutan pada Seung-woo, Se-na yang terkaget-kaget menerima telepon dari Jin-hee terpaksa menerima ajakan pria itu untuk berbelanja. Disaat bersamaan, Yoon-su menjemput ibu Seung-woo yang baru datang. Tapi, betapa terkejutnya gadis itu saat wanita setengah baya tersebut mendadak terjatuh.

Ketika tersadar di rumah sakit, ibu Seung-woo meminta Yoon-su untuk tidak memberitahu penyakitnya pada sang putra. Dasar apes, meski sudah berusaha berbohong namun air mata Yoon-su langsung berderai saat berusaha menyampaikan berita tersebut pada Seung-woo. Keruan saja pemuda itu kebingungan, dan berusaha menghibur Yoon-su dengan memeluknya.

Di luar, Se-na langsung terhenyak menyaksikan pemandangan yang ada didepannya. Seung-woo yang kaget langsung melepas pelukannya dan berusaha memberi penjelasan. Namun, dengan nada tinggi Se-na melontarkan pernyataan yang membuatnya kaget : rupanya, wanita itu sudah tahu kalau Yoon-su adalah gadis yang pernah dicintai Seung-woo.

16
Ternyata tidak cuma Se-na, Jin-hee juga merasa sakit hati atas sikap Yoon-su yang begitu mendahulukan ibu Seung-woo. Bahkan, ia mengancam bakal membatalkan pernikahan mereka bila gadis itu tetap ngotot berniat merawat ibu Seung-woo yang sakit keras.

Ketika sedang makan bertiga, Se-na terhenyak mendengar ibu Seung-woo berniat menginap di rumah Yoon-su. Tidak tahu kalau wanita itu menyimpan rahasia tentang penyakitnya, ia langsung berseru tidak suka bila wanita itu dan Seung-woo terus-terusan bertemu Yoon-su, yang keruan saja membuat semuanya kaget.

Yang menyedihkan lagi, Seung-woo tidak dapat menjawab ketika Se-na menanyakan siapa diantara dirinya dan Yoon-su yang lebih dicintai. Keruan saja, hati wanita itu hancur berkeping-keping dan menangis semalaman.

Suasana hati Se-na yang berusaha disembunyikan akhirnya pecah tepat ketika ia berada ditengah dua sahabatnya, yang tidak dapat berkata apa-apa. Hingga malam tiba, Se-na tidak juga pulang ke rumah sehingga Seung-woo hanya bisa termangu saat tiba di rumah dalam keadaan kosong.

Baru muncul ketika hari menjelang tengah malam, pertengkaran Se-na dan Seung-woo akhirnya pecah. Se-na merasa dirinya dinomorduakan dan kerap diperbandingkan dengan Yoon-su, sementara Seung-woo mengaku kalau dirinya hanya memperlakukan Yoon-su seperti keluarga. Akhirnya, pria itu menyerah dan menyebut tidak akan menemui Yoon-su lagi.

Sayang, Se-na sudah terlanjur sakit hati dan mulai merasa tidak bakal menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya dengan Seung-woo. Keesokan harinya, Seung-woo mampir ke toko Yoon-su untuk mengambil tasnya dan keduanya sama-sama melontarkan alasan sibuk hingga di masa depan sulit untuk bisa bertemu lagi.

Keretakan hubungan Seung-woo dan Se-na berusaha disembunyikan saat kedua orang tua wanita itu datang untuk melakukan foto bareng, namun kesempatan itu digunakan Seung-woo untuk mengingatkan Se-na akan janji mereka saat pertama menikah. Keruan saja, kedua orang tua Se-na kebingungan dan sempat merasa ada yang janggal.

Setelah kedua orang tua Se-na pulang, Seung-woo tidak dapat menahan kekecewaannya terhadap sang istri yang bahkan tidak mau memandang wajahnya dan dengan nada datar menyebut bakal menuruti keinginan Se-na untuk hidup secara terpisah.

Merasa kalau Yoon-su tidak akan bisa memprioritaskan dirinya, Jin-hee mendatangi salon pengantin untuk membatalkan pesanannya. Namun, disana ia dikejutkan oleh Yoon-su yang telah sampai lebih dulu dan tampil anggun dengan gaun pengantin yang sedang dicoba. Keruan saja, pria itu langsung mengurungkan niatnya.

17
Demi melupakan kesedihan, Seung-woo menenggelamkan diri pada pekerjaannya namun saat malam tiba, ia mendadak ingin pulang lebih cepat demi mengingat kondisi Se-na. Ketika diceritakan, Jin-hee hanya tersenyum tipis dan sadar pasangan suami-istri tersebut sedang bertengkar.

Bagaimana dengan Se-na? Ia menghabiskan waktunya di bar milik Jung-min dan terlibat pembicaraan dengan pria tersebut dan sahabatnya. Dengan wajah tidak enak, Jung-min meminta maaf karena tidak jujur kepada Se-na sejak awal tentang hubungan Seung-woo dan Yoon-su.

Ketika pulang, Se-na terkejut mendapati Jin-hee berada didalam rumah.....bersama Seung-woo dan seorang rekan kerjanya yang lain. Sengaja mencari kesempatan untuk mengajak Se-na bicara empat mata, Jin-hee menasehati wanita itu untuk memaafkan sang suami karena di sisi lain, Se-na juga mempunyai rahasia besar yang belum diberitahu ke Seung-woo.

Obrolan mereka terhenti oleh kemunculan Seung-woo, yang sempat heran melihat keakraban sang istri dengan Jin-hee. Setelah cukup lama berada dalam situasi janggal, keduanya berbaikan saat malam tiba gara-gara mati lampu.

Sambil menahan air mata, Se-na menyebut hatinya tetap sakit meski Seung-woo menyebut tidak akan menemui Yoon-su lagi. Dengan suara pelan, gadis itu meminta sang suami untuk meminta maaf, yang tentu saja langsung dituruti. Namun, diam-diam Se-na berharap Seung-woo mau mengucapkan kata cinta terhadapnya.

Namun sehebat-hebatnya menutup masa lalu, rahasia Jin-hee dan Se-na akhirnya terbongkar juga. Yang pertama mengetahuinya adalah Yoon-su, yang kaget setengah mati saat mendapati foto sang tunangan dan istri sahabat baiknya tertanggal tahun 1999 tepat pada saat gadis itu berada di depan apartemen Jin-hee.

Perubahan sikap Yoon-su yang begitu drastis langsung terlihat oleh Jin-hee, yang hanya bisa tertunduk lemas saat mendapati fotonya bersama Se-na bertahun-tahun silam ada ditangan sang tunangan. Namun meski telah berulang-ulang mengucapkan maaf, Yoon-su ternyata tidak bisa melupakan fakta yang baru didapatnya begitu saja.

Satu-satunya yang terpikir oleh Yoon-su adalah menemui Seung-woo, yang cukup terkejut melihat kehadiran gadis itu mengingat janji mereka sebelumnya untuk tidak saling bertemu. Awalnya Yoon-su berniat membeberkan apa yang diketahuinya, namun niat tersebut diurungkan begitu mendengar betapa Seung-woo mencintai Se-na.

Untuk melupakan beban berat yang menyiksa, Yoon-su mengunjungi ibu Seung-woo (yang muncul dengan topi merah muda yang diberikan Se-na) dan menghabiskan waktu seharian disana. Disaat yang sama, Seung-woo mulai memberi kepercayaan lebih pada Se-na dengan mentransfer semua gajinya ke rekening sang istri.
18 (end)
Dengan wajah kuatir, Yoon-su menyebut semakin takut dengan kondisi ibu Seung-woo namun ditengah sakitnya, wanita itu malah memikirkan rumah tangga sang putra dan Yoon-su. Keruan saja, gadis itu tidak tega menuturkan kenyataan yang ditemukannya tentang Se-na.

Di tempat lain, Se-na yang uring-uringan mulai mengeluhkan sejumlah kebiasaan Seung-woo saat sarapan mulai dari membaca koran hingga tidak mengajaknya bicara. Bahkan, wanita itu sempat mengecek ponsel sang suami gara-gara kecurigaan kalau Seung-woo masih berhubungan dengan Yoon-su.

Kunjungan mendadak dari ayah-ibu Se-na membuat fakta kalau kedunya tidur di kamar terpisah terungkap. Beruntung sikap hangat Seung-woo mampu mencairkan ketegangan, bahkan pria itu tidak menolak saat diajak sang ayah mertua untuk berbelanja.

Kembali ke Seoul dengan pikiran yang ruwet, Yoon-su sempat berpikir untuk menghindari Jin-hee saat melihat mobil pria itu diparkir didepan tokonya. Untungnya gadis itu mengurungkan niatnya, dan saat masuk ia mendapati sang kekasih tergeletak dengan panas tinggi.

Kunjungan Yoon-su ke rumah ibu Seung-woo ternyata tidak hanya dipermasalahkan Se-na tapi juga Jin-hee, yang merasa kalau hal itu berarti sang kekasih lebih memilih sahabatnya tersebut dibanding dirinya. Bahkan saat dijelaskan tentang kondisi yang sebenarnya, Jin-hee menolak untuk mendengarkan.

Sikap kekanak-kanakan Se-na yang cemburu dan mulai mengungkit-ungkit soal Yoon-su dan kunjungan ke rumah sang ibu mertua membuat sikap Seung-woo serba sala. Meski begitu, didepan para sahabat keduanya tetap tampil seperti biasa.

Malamnya setelah semua pulang, pertengkaran antara Se-na dan Seung-woo kembali pecah. Terang-terangan mengungkapkan kekesalannya terhadap sang suami, wanita itu langsung terdiam saat Seung-woo menyebut kalau dirinya mungkin bukan pasangan yang pas buat Se-na.

Dari pembicaraan keesokan pagi, Se-na baru mendengar kalau Yoon-su berniat pindah ke pedesaan demi merawat ibu Seung-woo. Tidak cuma itu, ia juga mendapat kabar kalau gadis itu telah memutuskan hubungan dengan Jin-hee.

Tepat disaat Se-na menemui Jin-hee, Seung-woo juga bertemu dengan Yoon-su tepat pada saat gadis itu bersiap-siap pindah. Keruan saja, berita perpisahan Yoon-su dan Jin-hee membuat Seung-woo kaget, dan cuma bisa terdiam saat menyebut dirinyalah yang dianggap sebagai penyebab semuanya.

Tamat

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar